Masalah Stunting dan gizi kurang masih saja menjadi problem yang serius yang terjadi di Indonesia hingga tahun 2020 ini sejak 5 tahun yang lalu. yang mana stunting akan berdampak pada menurunnya sumber daya manusia untuk kedepannya. Dan memberikan potensi kerugian negara akibat stunting mencapai 474,9% triliun yang berdasarkan penghitungan dari nilai Produk Domestik Bruto setiap tahunnya.
Secara umum stunting ini merupakan gizi kronis yang disebabkan asupan gizi yang kurang atau makanan tidak sesuai gizi yang dibutuhkan, yang biasanya terjadi sudah dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak berusia 2 tahun.
Setelah pemberian ASI 2 tahun, pemberian asupan nutrisi tambahan untuk bantu tumbuh kembang anak memang sangat dibutuhkan, dan salah satu nutrisi tambahan bersumber dari susu, dimana susu ini banyak mengandung berbagai macam nutrisi yang baik bagi anak, namun untuk diingat tidak semua susu sama dan baik untuk anak. Dan salah satu yang tidak dianjurkan untuk rutin dikonsumsi oleh anak terutama balita adalah susu kental manis (SKM).
Konsumsi Rutin Susu Kental Manis Picu Terjadinya Stunting dan Gizi Kurang Pada Anak
|
Webinar "Membangun Kesadaran Gizi Keluarga Mulai Usia Dini" bersama Sahabat YAICI dan HIMPAUDI |
Terkait masalah stunting dan gizi kurang yang masih tinggi di berbagai daerah, YAICI berkerjasama dengan HIMPAUDI melakukan survey dimana hasilnya ditemukan bahwa salah satu induktor tingginya stunting dan gizi kurang (buruk) penyebabnya adalah anak-anak terutama balita yang mengkonsumsi rutin minuman manis salah satunya yang bersumber dari SKM dan diberikan dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Arif Hidayat SE, MM selaku Ketua Harian YAICI yang menjelaskan dalam webinar secara virtual via zoom yang diikuti sekitar 460 peserta dari seluruh Provinsi di Indonesia, yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 21 Desember 2020 yang lalu.
|
Bapak Ir. Arif Hidayat- Ketua Harian YAICI |
Dan narasumber lainnya yang hadir ada Bapak Ir. Harris Iskandar, Ph D, Widyaprada Ahi Utama, Kemendikbud RI yang memberikan sambutan pertama dibukanya webinar ini, Ibu Prof Dr. Ir. Netti Herawati M. Si sebagai Ketua Umum PP HIMPAUDI, dan Ibu dr. Moretta Damayanti SpA(K).M. Kes sebagai staf pengajar KSM Anak RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang-Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, IDAI. dan dimoderatori oleh Bapak Maman Suherman.
|
Foto atas-kir-kan: Ir. Harris Iskandar, Prof. Dr. Ir. Netti Herawati dan dr. Moretta Damayanti |
Lanjutnya Bapak Arif menjelaskan, bahwa Kendari adalah salah satu daerah yang pertama kalinya ditemukannya balita bernama Arisandi yang meninggal dunia akibat dari gizi kurang, yang salah satu faktornya diakibatkan karena orangtuanya rutin memberikan kental manis sebagai susu sebagaimana susu yang layak untuk susu pertumbuhan anak atau pengganti ASI. Hal ini seperti hasil Penelitian tahun 2018 sebanyak 97% (Kendari) dan 78% (Batam) bahwa para orangtua beranggapan SKM sangat baik untuk diperuntukkan untuk mendukung kesehatan anak dan pertumbuhan anak.
Lalu pada tahun 2019 ditemukan lagi dengan hasil penelitian Persepsi masyarakat tentang SKM oleh YAICI bahwa ibu sebanyak 37% beranggapan bahwa kental manis (SKM) adalah susu dan produk minuman yang menyehatkan anak, juga sebanyak 22% bahwa ibu memberikan SKM 1 gelas perhari, lalu 26,7% bahwa ibu memberikan SKM kepada anaknya setiap hari, dan sebanyak 26% ibu memberikan SKM dengan takaran lebih dari 1 sendok 1 gelas menyajian, dan hal tersebut apabila balita mengkonsumsi SKM lebih dari 1 gelas perhari maka risikonya 2 kali lebih tinggi mengalami gizi kurang.
Dari hasil penelitian tersebut diatas sungguh sangat menyedihkan karena masih rendahnya tingkat pemahaman orangtua terhadap kental manis bukanlah susu, dan apalagi berbagai alasan para orangtua mengakui memberikan SKM untuk anak-anaknya karena sudah terbiasa, karena harganya yang terjangkau, mudah didapat dan sebagian besar juga pengaruh dari media iklan di televisi, radio atau media massa lainnya, juga informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan.
Sehingga pada bulan Mei tahun 2018, BPOM mengeluarkan surat edaran tentang label dan iklan pada produk kental manis (SKM), point larangan tersebut seperti dilarang menampilkan anak-anak dibawah 5 tahun dalam bentuk apapun, dilarang menggunakan mevisualisasikan bahwa produk SKM sama dengan produk susu lainnya sebagai penambah dan pelengkap gizi, dilarang menvisualisasikan gambar seperti susu cair dengan cara diseduh untuk dikonsumsi untuk diminum, dan terakhir untuk penayangan iklan dilarang dijam tayangan acara khusus anak-anak.
Fakta seputar Kental Manis (SKM)
Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa produk susu kental manis (SKM) sebagai produk susu berbentuk cairan kental (krimer) yang diperolah dari dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai Kepekatan tertentu, yang hal ini dapat ditemukan fakta bahwa :
- SKM memgandung gula sebesar 40-50 persen
- Kadar gula yang tinggi pada SKM meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anak
- Asupan gula yang berlebih akan merusak gigi pada anak
- Kandungan gizi pada SKM lebih rendah dibandingkan dengan jenis susu lainnya
- Kalsium dan protein pada SKM lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar
Oleh karena itulah SKM ini bukanlah susu akan tetapi minuman yang terbuat dari gula dan susu, dan penyajiannya bukan direkomendasikan untuk dikonsumsi sebagai asupan utama untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama pada balita. Dan SKM sebaiknya dipergunakan hanya sebagai toping makanan dan minuman saja.
Dan jika melihat dari hasil penelitian diatas saya sebagai ibu dari dua orang anak merasa harus turut andil untuk memberikan informasi juga mengedukasi orang-orang disekitar saya terkait apa itu kental manis bukanlan susu, fakta dan dampaknya jika diberikan kepada balita dalam jangka waktu yang lama. Dan juga dari itu kita sebagai orang tua, terutama sebagai ibu harus cerdas dalam memilih dan menentukan makanan bagi sang anak, juga untuk seluruh keluarga dan pentingnya pemenuhan gizi pada anak sejak usia dini.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk tidak ada lagi pemahaman dikalangan orangtua bahwa kental manis bukanlah susu.
Salam sehat......
Tidak ada komentar :
Posting Komentar